

Bek kiri itu mengenakan jersey nomor 3 yang “direbut” dari Gorton
pada bulan November 1951. Pada Tahun Baru 1952 United mengumpulkan poin
dan berada di level atas Divisi Utama bersama Arsenal dan Portsmouth.
United memimpin pada bulan Februari, tetapi kemudian para fans United
mulai kecewa. Mereka pernah berada pada posisi ini sebelumnya. Pada
bulan Maret dan April tim mengalami kemunduran ketika mereka kalah dua
kali berturut-turut dari Huddersfield dan Portsmouth, dan menuai hasil
imbang di Burnley.
Sepanjang waktu Tottenham, Arsenal, Bolton dan Pompey mengancam akan
menyusul mereka peringkat teratas, tapi Busby tetap dingin dan
menyegarkan kondisi timnya dengan beberapa perubahan cerdik posisi
pemain: Aston dipindahkan di depan, tetapi perubahan jenius yang nyata
adalah posisi Byrne. Anak laki-laki yang sebelumnya beroperasi di posisi
tengah pertahanan selama beberapa bulan didorong ke depan dan menempati
posisi sayap kiri untuk enam pertandingan terakhir musim ini. Dia
menjawabnya dengan mencetak tujuh gol.
Dengan
dua pertandingan tersisa, United semakin dekat merengkuh gelar liga
yang terakhir kali mereka rebut tahun 1911. Salah satu lawan United pada
dua pertandingan tersisa adalah Chelsea. United menang 3-0 lewat gol
yang dicetak pemain senior Johnny Carey dan Stan Pearson, serta satu gol
bunuh diri pemain Chelsea.
Satu lawan terakhir United lainnya adalah Arsenal yang dijamu di Old Trafford, namun bagi Arsenal jika ingin menggagalkan gelar United, maka Arsenal harus menang dengan tujuh gol tanpa balas. Tugas Arsenal menjadi semakin berat ketika mereka harus bermain dengan 10 pemain karena pemain cedera pada pertengahan babak pertama, dan bahkan bermain dengan sembilan pemain saat pertandingan usai. United menang dominan dengan skor 6-1, Rowley mencetak hat-trick, dan di hadapan lebih dari 53.651 penonton tim Busby merayakan gelar juara dalam suasana karnaval.
Ini
adalah puncak sempurna bagi Rowley di musim yang gemilang, yang telah
menjadi spesialis hat-trik dalam kampanye perolehan gelar. Dia mencetak
dua hat-trick di dua pertandingan pertama musim ini, melawan West Brom
dan Middlesbrough, dan menjaringkan empat secara keseluruhan. Rowley
mengakhiri musim sebagai top skorer Champions dengan 30 gol dan Pearson
memberikan kontribusi 22 gol.

Satu lawan terakhir United lainnya adalah Arsenal yang dijamu di Old Trafford, namun bagi Arsenal jika ingin menggagalkan gelar United, maka Arsenal harus menang dengan tujuh gol tanpa balas. Tugas Arsenal menjadi semakin berat ketika mereka harus bermain dengan 10 pemain karena pemain cedera pada pertengahan babak pertama, dan bahkan bermain dengan sembilan pemain saat pertandingan usai. United menang dominan dengan skor 6-1, Rowley mencetak hat-trick, dan di hadapan lebih dari 53.651 penonton tim Busby merayakan gelar juara dalam suasana karnaval.

Satu-satunya yang selalu ada di samping adalah pemain tinggi yang
selalu dapat diandalkan, Chilton, tapi kemudian muncul nama di masa
depan yang membuat beberapa penampilan. Saat bermain imbang 0-0 di
Anfield, Jackie Blanchflower melakukan debut di lapangan tengah, begitu
juga Byrne.Itu adalah kesempatan pertama Tom Jackson dari Manchester
Evening Nous menulis tentang ‘Babes’ di line-up United – sebuah frase
yang kemudian memiliki beberapa resonansi. Seorang anak baru yang lain,
Mark Jones, memainkan tiga pertandingan di pusat lapangan tengah. The
Great Busby Babes saat itu menunggu untuk dilahirkan.

Dalam pertandingan itu United dihajar 7-1 setelah Rowley lebih dulu
membawa United memimpin. Lebih dari 25.000 orang menyaksikan laga United
di Yankee Stadium, dan menarik banyak minat pers lokal. Laporan
pertandingan dalam satu media berjudul, “The Mangling of the Manes”.
Kampanye 1952/53 anti-klimaks setelah perjalanan heroik yang telah
berlangsung sebelumnya.
Ketika akhir musim panas berganti dengan musim gugur, Busby sudah
bisa melihat bahwa tim terbaiknya mengalami masa penuaan. Pada bulan
Oktober, United berada di salah satu tempat degradasi dan di babak
keempat Piala FA mereka secara memalukan ditahan imbang 1-1 di kandang
oleh klub amatir Walthamstow Avenue.
Di laga replay United menang, tapi kemudian kalah dari Everton di
babak kelima. Busby memutuskan untuk membiarkan pemain-pemain muda
berbakat mengikuti seleksi. Seperti yang terlihat kemudian United
dibanjiri bakat muda di tim utama: di sisi kiri lapangan tengah David
Pegg diberi kesempatan; Bill Foulkes menjalani debut pertamanya sebagai
bek tengah di usia 20 tahun; striker diisi oleh Dennis Viollet bersama
dengan striker berbakat lainnya Tommy Taylor, pemain berusia 21 yang
didatangkan dari Barnsley, dan pemain lapangan tengah berbakat berusia
16 tahun, Duncan Edwards, melakukan debut pertamanya.
Lebih tepatnya, Edwards masih berusia 16 tahun dan 185 hari ketika ia
mengisi lini tengah United di Old Trafford melawan Cardiff City pada 4
April 1953. Dalam pertandingan itu The Blue Birds menang dengan skor
4-1, namun demikian itu adalah salah satu awal kebesaran United. Banyak
pengamat menilai bahwa Edwards adalah pemain cerdas yang pernah ada.

Dia menandatangani kontrak bersama United pada Juni 1952, ketika
berusia 15 tahun, tapi dia sudah memiliki tubuh tegap seperti seorang
pria dewasa. Edwards memiliki kombinasi sempurna dengan kekuatan fisik,
tackling baik, pengamatan bola brilian, tubuh atletis secara alami, dan
memiliki pembawaan temperamen yang tenang. Dia juga serbisa, walaupun
idealnya berada di sisi kiri lapangan tengah, Edwards adalah pemain yang
yang cukup baik di setiap posisi pemain antara nomor jersey 2-11 (pada
era itu posisi pemain dari posisi bek sampai striker harus mengenakan
nomor urut 1-11).

Inggris mulai terkesan dengan kemampuan anak laki-laki yang muncul
bersama di Manchester United pada akhir musim 1952/53, frase “Busby
Babes” sudah siap membangun kejayaan bersama dan dunia hendak
menyaksikan ledakan fenomena olahraga – salah satu sisi klub terbaik
yang siap mengisi persepakbolaan dunia.
Ada pemikiran sebuah era lama akan segera berakhir ketika Johnny
Carey memainkan pertandingan terakhirnya untuk United dan beralih
menangani Blackburn Rovers sebagai manajer pada musim panas 1953.
Karirnya di Old Trafford telah membentang sebelum masa suram perang yang
membuat United harus mengungsi laga kandang ke Maine Road, saat
menjuarai Liga untuk pertama kali selama lebih dari empat dekade pada
tahun 1948. Ini adalah tanda munculnya bintang baru dari akademi yang
saat itu berusia 25 tahun, Roger Byrne.
Musim 1953/54 Busby Babes mulai tumbuh dan berkembang menjadi
kekuatan kohesif yang akan mendominasi sepakbola Inggris pada tahun
1950-an. Namun pada musim itu, United mengakhiri musim di tempat keempat
di belakang Wolverhampton, West Brom dan Huddersfield, dan juga
tersingkir di babak ketiga Piala FA, kalah 5-3 saat laga Away ke
Burnley. Tapi musim ini menjadi pembelajaran para bintang muda Busby,
begitu juga pada musim berikutnya, 1954/55, di mana United finish di
tempat kelima, hanya lima poin di bawah Chelsea yang keluar sebagai
juara.
Sebelum musim 1955/56 dimulai, beberapa pengamat sepakbola menyarankan bahwa strategi Busby salah. Seolah ingin membuktikan bahwa tidak ada yang baru dalam permainan sepak bola, banyak kritikus menyatakan bahwa manajer itu terlalu banyak menempatkan anak-anak dalam timnya. Ungkapan yang mungkin sudah menjadi terbiasa di tahun 1955, intinya Anda tidak bisa memenangkan apapun dengan anak-anak. Betapa salahnya mereka. Kebijakan itu justru dapat membangun tim dan menghadirkan kejayaan, dengan wajah tim yang segar dengan rata-rata usia pemain 22 tahun, mereka merebut gelar Championship. Taktik brilian Busby untuk meraih gelar itu hanya memunculkan dua nama yang merebut gelar serupa empat tahun sebelumnya, Byrne dan Berry.
Sebelum musim 1955/56 dimulai, beberapa pengamat sepakbola menyarankan bahwa strategi Busby salah. Seolah ingin membuktikan bahwa tidak ada yang baru dalam permainan sepak bola, banyak kritikus menyatakan bahwa manajer itu terlalu banyak menempatkan anak-anak dalam timnya. Ungkapan yang mungkin sudah menjadi terbiasa di tahun 1955, intinya Anda tidak bisa memenangkan apapun dengan anak-anak. Betapa salahnya mereka. Kebijakan itu justru dapat membangun tim dan menghadirkan kejayaan, dengan wajah tim yang segar dengan rata-rata usia pemain 22 tahun, mereka merebut gelar Championship. Taktik brilian Busby untuk meraih gelar itu hanya memunculkan dua nama yang merebut gelar serupa empat tahun sebelumnya, Byrne dan Berry.
Musim 1956/57 adalah yang terpanjang dan mungkin musim yang paling
memuaskan sejauh ini dalam kisah Manchester United. Kampanye perebutan
juara dilalui dengan 56 pertandingan yang dimulai dengan hasil imbang
2-2 di kandang Birmingham City pada 18 Agustus, awal dari kampanye
kemenangan Championship dua kali berturut-turut. United mempertahankan
gelar mereka dengan dukungan pemain yang selalu berjuang sampai tetes
darah penghabisan.
Tim Busby tidak terkalahkan sampai tanggal 20 Oktober, ketika Everton
menang 5-2 di Old Trafford, tapi pada saat itu United aman di puncak
klasemen berkat 10 kemenangan dan dua kali seri. Musim ini ditandai
dengan munculnya calon legenda United yang beroperasi sebagai penyerang
yang melakukan debut pada Januari 1953. Robert Charlton ditugasi
menemani Taylor dan mengenakan jersey nomor 9 untuk pertandingan kandang
melawan Charlton Athletic pada tanggal 6 Oktober 1956.
Remaja
18 tahun itu mencetak dua gol dalam kemenangan 4-2 United dan, meskipun
ia tidak berhasil mendapatkan posisi inti di awal musim debutnya,
Charlton masih berhasil mencetak 10 gol dalam 14 pertandingan. Gol itu
dia cetak dari berbagai posisi untuk United musim itu. Pemain berposisi
gelandang kanan, Liam Whelan, menjadi top skor dengan 26 gol di liga,
Taylor mencetak 22 gol dan Viollet muncul dengan 16 gol. Dalam
kemenangan 4-2 atas City di Maine Road pada tanggal 2 Februari, Whelan,
Taylor, Viollet dan Edwards masing-masing mencetak satu gol. United
memastikan gelr Championship di Old Trafford pada tanggal 20 April,
ketikmengalahkan Sunderland 4-0 di hadapan 58.725 penonton yang
menyaksikan gol dari Edwards dan Taylor dan dua dari Whelan memenangkan
gelar, dengan masih menyisakan tiga pertandingan liga.
United menyelesaikan musim liga dengan total 103 gol – rekor gol juara yang memecahkan rekor sebelumnya milik City pada tahun 1937. Musim 1956/57 bukan hanya memecahkan rekor gelar pemenang musim – itu juga ditandai pengalaman pertama United dalam kompetisi Eropa. Piala Eropa telah diluncurkan musim sebelumnya – tanpa wakil Inggris, karena Chelsea dengan berat hati menuruti keinginan Football League untuk tidak ikut ambil bagian.
Permainan
domestik masih didominasi oleh pikiran sempit bahwa kompetisi asing
adalah ancaman pretise liga sendiri dan bos ingin sang juara mengabaikan
kompetisi terbaru itu. Mereka mencoba menekan United untuk memboikot
Piala Eropa, sama seperti yang mereka lakukan kepada Chelsea. Liga
mengeluarkan pernyataan: “Partisipasi Manchester United tidak dalam
kepentingan terbaik Football League.”
Busby dan Manchester United, meskipun menganut konsep pan-Eropean sebagai persaingan. Busby kembali bertanya, bahwa prestise menuntut tantangan kontinental harus dipenuhi dan bukan untuk dihindari. “Setelah United memenangkan gelar pada tahun 1956 dewan telah sepakat untuk menerima undangan untuk ambil bagian dalam Piala Eropa edisi 1956/57. Pertandingan pertama united di Eropa adalah pada babak penyisihan grup yang dimainkan pada tanggal 12 September 1956, away ke kandang klub Liga Belgia, Anderlecht. Gol dari Taylor dan Viollet memberikan United kemenangan 2-0 di Pare Astrid, Brussels.
Giliran
menjamu Anderlecht, United harus mengungsi ke Maine Road, karena Old
Trafford masih belum dilengkapi lampu sorot. Di situ United menuai
kemenangan besar di Liga Eropa dengan mencukur Anderlecht 10-0, dengan
Viollet mencetak empat gol dan Taylor menambahkannya dengan hat-trick.
United menemui lawan berat di babak pertama – mereka harus menghadapi
klub Liga Jerman Barat, Borussia Dortmund. Tapi United akhirnya menang
3-2 di leg pertama di Maine Road dan bermain imbang 0-0 di Jerman pada
leg kedua sekaligus membawa United lolos ke perempatfinal.

United menyelesaikan musim liga dengan total 103 gol – rekor gol juara yang memecahkan rekor sebelumnya milik City pada tahun 1937. Musim 1956/57 bukan hanya memecahkan rekor gelar pemenang musim – itu juga ditandai pengalaman pertama United dalam kompetisi Eropa. Piala Eropa telah diluncurkan musim sebelumnya – tanpa wakil Inggris, karena Chelsea dengan berat hati menuruti keinginan Football League untuk tidak ikut ambil bagian.

Busby dan Manchester United, meskipun menganut konsep pan-Eropean sebagai persaingan. Busby kembali bertanya, bahwa prestise menuntut tantangan kontinental harus dipenuhi dan bukan untuk dihindari. “Setelah United memenangkan gelar pada tahun 1956 dewan telah sepakat untuk menerima undangan untuk ambil bagian dalam Piala Eropa edisi 1956/57. Pertandingan pertama united di Eropa adalah pada babak penyisihan grup yang dimainkan pada tanggal 12 September 1956, away ke kandang klub Liga Belgia, Anderlecht. Gol dari Taylor dan Viollet memberikan United kemenangan 2-0 di Pare Astrid, Brussels.


Kunci United berhasil menjuarai Championsip berada di lini pertahanan
yang justru mencetak banyak gol, Taylor di jantung pertahanan dan
Viollet di sisi kiri pertahanan: Taylor mencetak 25 gol dalam 33
pertandingan, dan Viollet 20 gol di 34 pertandingan. United juga
mencatat rekor laga kandang dengan tanpa sekalipun mengalami kekalahan
di Old Trafford, memenangkan 18 pertandingan dan tiga kali seri. United
naik ke peringkat pertama melalui form sempurna mereka, yang berlangsung
dari minggu pertama bulan Februari 1956 sampai akhir musim.
United merebut gelar Championship dengan 14 pertandingan tak terkalahkan mulai dengan kemenangan kandang 2-0 melawan Burnley, dengan 10 kemenangan dan empat kali seri. United memastikan gelar Championship kembali ke Old Trafford pada 7 April 1956, ketika menjamu Blackpool. Pertandingan yang disaksikan oleh 62.277 penonton itu berakhir 2-1 untuk United, dengan gol yang dicetak oleh Berry dan Taylor. Pada akhir musim United telah mengambil jarak terbesar antara peringkat pertama dengan runner-up pada abad ini dengan 11 poin yang ditempati Blackpool di posisi kedua.
United merebut gelar Championship dengan 14 pertandingan tak terkalahkan mulai dengan kemenangan kandang 2-0 melawan Burnley, dengan 10 kemenangan dan empat kali seri. United memastikan gelar Championship kembali ke Old Trafford pada 7 April 1956, ketika menjamu Blackpool. Pertandingan yang disaksikan oleh 62.277 penonton itu berakhir 2-1 untuk United, dengan gol yang dicetak oleh Berry dan Taylor. Pada akhir musim United telah mengambil jarak terbesar antara peringkat pertama dengan runner-up pada abad ini dengan 11 poin yang ditempati Blackpool di posisi kedua.

Para pemain memiliki bakat sebagai individu, tetapi kemampuan setiap
orang itu dimanfaatkan untuk kebaikan tim: itulah filosofi Busby dan
para pemainnya menyerap dari menit pertama mereka berjalan melewati
gerbang di Old Trafford ketika mereka masih anak-anak. Sang kapten,
misalnya, yakin itu memberikan kontribusi terhadap keberhasilan mereka.
“Salah satu rahasia sukses Manchester United adalah bahwa hampir semua
dari kita tumbuh bersama sebagai pemain sepak bola remaja,” kata Byrne.
“Cara Manchester United adalah satu-satunya cara yang kita tahu.”

The Babes mencetak 83 gol dalam perjalanan menuju juara, tapi mungkin
gol paling berkesan oleh setiap pemain United musim ini adalah gol yang
dicetak Edwards untuk Inggris. Tepat pada tanggal 26 Mei 1956, dalam
pertandingan persahabatan Inggris dengan Jerman Barat di Stadion
Olimpiade di Berlin. Jerman adalah tim kuat, Juara bertahan Dunia, tapi
Inggris memiliki pretensi untuk mahkota mereka, dengan tim penuh pemain
hebat, termasuk jendral lapangan tengah Wolves Billy Wright dan striker
Fulham Johnny Haynes.

Akhirnya,dari jarak 25 meter dari gawang, ia melepaskan tembakan
keras yang tak mampu dihalau kiper Jerman. Inggris menang 3-1 dan
Edwards telah memberikan sinyal bahwa Inggris bisa merebut piala Jules
Rimet, yang akan diperebutkan di Swedia pada musim panas 1958. Edwards,
tentu pemain remaja terbesar di dunia, dan mungkin yang terbesar dari
segala usia saat ini, dunia berada di kakinya.

Sebelum mereka bisa terbang pulang, pemain United harus ambil sekop
salju dan membantu membersihkan salju dari landasan pacu, episode lain
yang mengingatkan mereka pada kejadian mengerikan di Munich. Meskipun
perjalanan dan hasil leg pertama mengecewakan, United bangkit di leg
kedua untuk lolos ke semifinal. Dalam salah satu comeback besar United,
Babes berhasil menang 3-0 di Maine Road untuk menang secara agregat.
Di semifinal, United menghadapi tantang berat lainnya yang datang
dari Real Madrid, yang dinobatkan menjadi tim terbaik di Eropa. United
pergi ke Bernabeu untuk ujian akhir di sepak bola dengan melawan klub
terbaik di hadapan 135.000 penonton dengan pemain-pemain hebat seperti
Di Stefano dan Gento. Selama satu jam United terus mendapatkan tekanan
dari Madrid. Tuan rumah akhirnya menang 3-1. Madrid memang diberkahi
bakat-bakat istimewa, tapi pers Inggris dikejutkan oleh pendekatan fisik
orang-orang Spanyol tentang pertandingan itu. Di antara berita utama
seram yang mendominasi koran keesokan harinya adalah di harian Herald,
“Murder In Madrid”, dengan sub-judul, ‘Manchester United hacked and
slashed’.
Pertama, dan masih malam pertandingan Eropa yang terbesar digelar di
Old Trafford pada 25 April 1957 United bertemu Madrid di leg kedua di
bawah penerangan lampu baru. Dalam salah satu pertandingan sepakbola
terbesar di tanah tua yang pernah dilihat, kedua tim bermain imbang 2-2.
Real Madrid lebih dulu memimpin 2-0, namun Busby Babes tak gentar dan
berhasil menyamakan kedudukan melalui Taylor dan Charlton. Comeback
tidak cukup baik untuk mengirim mereka ke final. Sehari kemudian Frank
McGhee menulis dalam Daily, “Kegagalan Brave. Melawan kegagalan.
Kegagalan agung. Tapi itu cukup membuat mereka keluar dari ilusi bahwa
United klub sepakbola terbesar Inggris di dunia. Bukan mereka. Real
Madrid adalah yang asli.”

United memang tersingkir di ajang Eropa, tapi United masih memiliki
kesempatan meraih gelar Double di liga domestik. Sepanjang musim mereka
tampak seperti sang juara yang ditunggu dengan membuat langkah
signifikan di final Piala FA. Di babak ketiga mereka kesulitan
mengalahkan Hartlepool United dari Divisi III (Utara) dengan kemenangan
4-3. Di babak keempat United menang mudah 5-0 atas klub dari divisi
lebih rendah Wrexham. Di putaran kelima United bertemu Everton di Old
Trafford dan sekali lagi United harus menang dengan susah payah lewat
gol tunggal Edwards.
United melawan Bournemouth dari Divisi III di babak perempat final
yang telah mengalahkan tim besar seperti Wolves dan Tottenham. United
berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor 2-1 lewat dua gol yang
dicetak Johnny Berry. Birmingham City dan Wembley menjadi penghalang
terakhir yang harus ditumbangkan busby babes yang dijamin akan sulit.
Birmingham tim papan tengah Divisi Utama, tapi mereka telah mencapai
final Piala FA musim sebelumnya dan keluar sebagai juara. Tapi di depan
65.000 penonton di Hillsborough, gol dari Berry dan Charlton sudah cukup
untuk membawa United lolos ke final.
Lawan United di Wembley adalah Aston Villa. United difavoritkan untuk
memenangkan kembali Piala FA yang terakhir mereka rebut tahun 1948.
Bagaimanapun, mereka baru saja memenangkan liga dan Villa adalah tim
besar di Divisi Utama yang lumayan sulit dikalahkan. Tapi kemungkinan
itu jatuh ketika kiper United Ray Wood gagal menghalau bola yang
kemudian jatuh ke pemain Villa Peter McParland yang berhasil membobol
gawang united.
Saat itu kiper tidak mendapatkan perlindungan istimewa seperti saat ini, dan kiper United dilanggar oleh McParland sehingga mengalami gegar otak pada akhir babak pertama. United harus bermain dengan sepuluh pemain dan Blanchflower bersedia menjadi penjaga gawang. Blanchflower berdiri gagah dengan melakukan beberapa penyelamatan mengesankan, namun kondisi ini tidak bisa diatasi United.
Saat itu kiper tidak mendapatkan perlindungan istimewa seperti saat ini, dan kiper United dilanggar oleh McParland sehingga mengalami gegar otak pada akhir babak pertama. United harus bermain dengan sepuluh pemain dan Blanchflower bersedia menjadi penjaga gawang. Blanchflower berdiri gagah dengan melakukan beberapa penyelamatan mengesankan, namun kondisi ini tidak bisa diatasi United.

Gelar yang begitu jelas diingat adalah Treble musim 1998/99, tetapi
sebagai memori besar akan sulit dibuang dari memori kita. Tentu saja
momen di musim 1967/68 dalam malam penuh magis di Wembley ketika United
mengalahkan Benfica di final Liga Champions, tetapi momen itu diganggu
dengan kembalinya City sebagai juara liga. Secara keseluruhan, akan
sulit mengalahkan musim 1956/57, saat United mempertahankan gelar,
mencapai final Piala FA, dan menjadi tim pertama yang berlaga di Piala
Eropa, melawan kekuatan besar Real Madrid di semi final. Ini adalah
tonggak besar berdirinya Busby Babes – selama dua musim Busby Babes
bermain seperti kumpulan dewa muda…., dan kemudian mereka hancur ditelan
tragedi Munich.
Peristiwa kelam di Muncihhari itu tidak akan memudar. Saat itu Kamis, 6 Februari 1958. Pesawat BEA Elizabethan telah mencoba dua kali untuk lepas landas dan gagal di landasan pacu utama di bandara Munich. Saat pesawat mencoba melakukan take-off ketiga, pada pukul 03:04, kecelakaan, ledakan, api dan generasi terbaik Inggris yang pernah dilihat terbaring tewas atau sekarat dalam bangkai pesawat yang terbakar. Itu akan menjadi satu sisi kecil ironi dalam sepakbola yang dituliskan, karena gambaran kejadian sesungguhnya sulit digambarkan dan dipahami. Itu akan selalu menghadirkan trauma dan kesedihan.
Bagaimana
bisa melihat Edwards terbaring tak berdaya di rumah sakit dan dua
minggu kemudian jantungnya berhenti berdetak di Jerman. Sebelum
meninggal, banyak kejadian yang perlu direnungkan dari Edwards. Edwards
sempat sadar sebentar di rumah sakit, dan melihat Jimmy Murphy di
bangsal. Edwards berseru, “Apakah kick-off pukul tiga, Jimmy?”Dokter
tidak bisa memahami bagaimana Edwards bertahan hidup begitu lama dengan
yang parah: ginjalnya rusak kronis, paru-paru yang hancur, tulang
rusuknya hancur, tulang panggul dan kaki hancur. Dia akhirnya lepas dari
penderitaan itu pada pukul 02:16 tanggal 21 Februari 1958.
Peristiwa kelam di Muncihhari itu tidak akan memudar. Saat itu Kamis, 6 Februari 1958. Pesawat BEA Elizabethan telah mencoba dua kali untuk lepas landas dan gagal di landasan pacu utama di bandara Munich. Saat pesawat mencoba melakukan take-off ketiga, pada pukul 03:04, kecelakaan, ledakan, api dan generasi terbaik Inggris yang pernah dilihat terbaring tewas atau sekarat dalam bangkai pesawat yang terbakar. Itu akan menjadi satu sisi kecil ironi dalam sepakbola yang dituliskan, karena gambaran kejadian sesungguhnya sulit digambarkan dan dipahami. Itu akan selalu menghadirkan trauma dan kesedihan.

Pemain lain yang mengalami cedera parah adalah Liam Whelan, pemain 23
tahun dari Dublin, yang terakhir tercatat adalah kata, “Kalau yang
terburuk terjadi,Liam siap untuk mati.” Dan keberanian Busby, yang tidak
diberi harapan hidup oleh dokter dan menerima upacara terakhir. Dalam
keadaan darurat ia berbisik kepada Murphy, “Tetap kibarkan bendera
Jimmy. Tetap lanjutkan menangani tim sampai saya kembali.”
(Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Duncan Edwards)
Korban yang tercatat dalam tragedi itu berjumlah 23 orang: Para
pemain, Roger Byrne, Geoff Bent, David Pegg, Duncan Edwards, Tommy
Taylor, Eddie Colman, Mark Jones dan Liam Whelan tewas semua, dan dari
staf klub, Walter Crickmer, Bert Whalley dan Tom Curry juga meninggal.
Delapan jurnalis berada di antara orang yang meninggal: Alf Clarke, Don
Davies, George Follows, Tom Jackson, Archie Ledbrooke, Henry Rose, Eric
Thompson dan Frank Swift.
Pada awalnya tampak kemungkinan bahwa Busby akan meninggal juga. Ia berjuang untuk tetap hidup dan tidak sabar sampai menunggu benar-benar sehat untuk kembali bekerja dan Busby bertanya-tanya apakah dia dapat menghadapinya. Perasaan bersalah, bahwa dia telah membawa orang-orang muda yang luar biasa bersama-sama hanya untuk melihat mereka mati bersama-sama saat dia selamat, itu sungguh menghancurkan hatinya.
(Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor, Liam “Billy” Whelan)
Dia berkata: “Saya merasa kehilangan dan berduka cita, dan untuk
jangka pendek benar-benar kalah.” Saat itu Busby memiliki teman yang
hebat pada diri Murphy, ia maju sebagai pengganti peran busby untuk
sementara. Murphy selamat dari kecelakaan itu karena tidak ikut dalam
penerbangan dan menemani tim Wales sebagai manajer di kualifikasi Piala
Dunia.

Pada awalnya tampak kemungkinan bahwa Busby akan meninggal juga. Ia berjuang untuk tetap hidup dan tidak sabar sampai menunggu benar-benar sehat untuk kembali bekerja dan Busby bertanya-tanya apakah dia dapat menghadapinya. Perasaan bersalah, bahwa dia telah membawa orang-orang muda yang luar biasa bersama-sama hanya untuk melihat mereka mati bersama-sama saat dia selamat, itu sungguh menghancurkan hatinya.

Murphy adalah pahlawan yang tenang di minggu hitam dan beberapa bulan
setelah bencana, dia menghadapi tugas untuk membangun kembali klub
setelah hancur dengan penuh tekad. Dia mengaku dia tidak merasa siap
untuk pekerjaan itu. “Pada awalnya saya merasa saya akan keluar dari
pikiran saya, tidak tahu harus mulai dari mana,” katanya. Tapi Murphy
menemukan beberapa hiburan dalam kerja keras dan ia menarik staf pelatih
baru untuk membantu pemulihan. Jack Crompton, yang telah menjadi kiper
United di tahun-tahun pertama penuh damai, adalah pelatih Luton Town
yang bersedia kembali memenuhi panggilan tersebut dan muncul untuk
membantu Murphy.
Dan,
entah bagaimana, United mampu membentuk tim di lapangan untuk
pertandingan pertama setelah tragedi Munich pada putaran kelima Piala FA
melawan Sheffield Wednesday pada 19 Februari 1958. Dua korban selamat
dari bencana ikut dalam pertandingan: kapten baru Foulkes Bill dan
penjaga gawang Harry Gregg. Selebihnya pemain yang mengisi line-up
adalah pemain yang dipromosikan dari tim cadangan atau pemain darurat.
Stan Crowther bergabung dari Villa dan Ernie Taylor datang dari
Blackpool. Hanya 13 hari sejak tragedi itu, pada sore yang luar biasa
penuh emosi, United menang 3-0 lewat dua gol dari pemain full-back di
tim cadangan bermain sebagai sayap kiri di tim United, Shay Brennan.
Dengan United memenangi babak perempatfinal dalam kompetisi ini, seluruh
bangsa berharap United bisa merebut piala.
Tim darurat Murphy lebih dari kumpulan pemain-pemain darurat: hal itu telah menjadi semacam katarsis, seperti jutaan orang baik itu pendukung United atau bukan, sangat ingin melihat sesuatu yang baik, sesuatu yang menyenangkan, muncul pasca-tragedi Munich. Selanjutnya tim darurat Murphy away ke Hawthorns dan bermain imbang 2-2 melawan West Bromwich Albion, dan menang di laga replay di Old Trafford. Di semifinal United melawan tim Divisi Dua Fulham, bermain imbang 2-2 di Villa Park, dan lolos ke final setelah kemenangan mendebarkan 5-3 di Hillsborough di mana striker Aberdonian, Alex Dawson, mencetak hat-trick.
Dunia
menyaksikan dan berharap United bisa mengalahkan Bolton Wanderers di
final Piala FA 1958, tapi ternyata itu menjadi seperti dongeng yang
ditulis oleh Brothers Grimm, bukan Hans Andersen. “There was to be no
happy ending.” Nat Lofthouse membawa Bolton unggul 1-0 di menit ketiga
dan United semakin tertinggal 2-0 pada sepuluh menit babak kedua
dimulai. United tidak bisa kembali pada permainan terbaiknya dan harus
mengaku kalah.

Tim darurat Murphy lebih dari kumpulan pemain-pemain darurat: hal itu telah menjadi semacam katarsis, seperti jutaan orang baik itu pendukung United atau bukan, sangat ingin melihat sesuatu yang baik, sesuatu yang menyenangkan, muncul pasca-tragedi Munich. Selanjutnya tim darurat Murphy away ke Hawthorns dan bermain imbang 2-2 melawan West Bromwich Albion, dan menang di laga replay di Old Trafford. Di semifinal United melawan tim Divisi Dua Fulham, bermain imbang 2-2 di Villa Park, dan lolos ke final setelah kemenangan mendebarkan 5-3 di Hillsborough di mana striker Aberdonian, Alex Dawson, mencetak hat-trick.

Namun ada satu aspek yang menyenangkan United pada hari itu.
Pertandingan itu dihadiri oleh Busby, yang telah meninggalkan rumah
sakit dua minggu sebelumnya. Dia cukup sehat untuk menonton dari tepi
lapangan, meskipun ia masih tak bisa berdiri kokoh dan berjalan dengan
bantuan tongkat. Bos masih dalam masa penyembuhan setelah tragedi – tapi
dia bisa kembali sehat dan kembali terjun ke sepakbola untuk menangani
United. Busby sedang dalam perjalanan kembali menahkodai klub yang
dicintainya.
Final
Piala FA tahun 1958 juga menjadi hari penting terkait masa depan
United. Busby Babes memang telah hilang dan tidak ada yang bisa
menggantikan generasi tersebut, tapi Murphy dan asistennya sedang
membangun United baru. Rasa hancurnya kehilangan masih ada, tapi United
akan tetap hidup untuk melanjutkan sejarahnya. Murphy berhasil membawa
United finish sebagai runner-up Divisi Utama pada musim pasca-Munich.
Musim itu, 1958/59, Wolves keluar sebagai juara dengan selisih enam
poin, tapi United terus memperketat persaingan merebut gelar hingga
akhir musim.
Busby kembali menukangi United di saat pahlawan klub mulai bermunculan. Gregg menjadi kiper pilihan pertama dan hanya absen pada satu pertandingan. Charlton muncul sebagai penyelesai akhir paling berbahaya dan menjadi top skor klub dengan 29 gol sebagai gelandang serang. Viollet, yang telah fit dan mengenakan jersey nomor 9 bermain cemerlang, mencetak 21 gol. Albert Scanlon, yang juga berhasil sembuh dari cedera tragedi Munich, selalu mengisi luar-kiri. Ronnie Cope di pusat lapangan tengah, Foulkes di bek kanan, di sayap kiri Wilf McGuinness, Ian Greaves di full-back, Fred Goodwin di sayap kanan dan Albert Quixall di lapangan tengah kanan (pengeluaran terbesar Busby – dia membayar biaya sebesar £ 45.000 kepada Shefield Wednesday, rekor transfer antara dua klub Inggris) semua anggota berharga dari United terlahir kembali. Personil mungkin sudah berubah, tetapi pendekatan tim untuk bermain dalam pertandingan tidak.
United
terus menyerang dan mereka mencetak 103 gol dalam menyaingi Wolves.
Dengan ini United siap menatap musim 1959/60, berusaha kembali membawa
klub pada kejayaan terbesar dari kesedihan yang paling dalam. Periode
1950-an telah menjadi episode terbaik dan terburuk dalam sejarah United.
Pengalaman yang bertentangan menimbulkan keinginan besar Busby untuk
menaklukkan gunung terakhir: ia ingin membangun tim untuk yang terakhir,
tim yang hebat yang mampu memenangkan Piala Eropa. Dia telah kehilangan
salah satu tim dalam mengejar mimpi itu. Ambisi Busby itu nantinya
tercapai dalam periode 1960-an.
“Saya
tidak mengatakan apa-apa kepada ‘the old man’ (Busby, red). Saya tidak
perlu. Saya tahu apa yang sedang dipikirkannya dan bagaimana
perasaannya. Itu adalah hal besar untuk klub, tapi itu adalah hal yang
lebih besar untuk dia secara pribadi. Para pemuda yang tewas di Munich
seperti anak-anaknya,” kata Bobby Charlton tentang kemenangan di Piala
Eropa 1968. (*)

Busby kembali menukangi United di saat pahlawan klub mulai bermunculan. Gregg menjadi kiper pilihan pertama dan hanya absen pada satu pertandingan. Charlton muncul sebagai penyelesai akhir paling berbahaya dan menjadi top skor klub dengan 29 gol sebagai gelandang serang. Viollet, yang telah fit dan mengenakan jersey nomor 9 bermain cemerlang, mencetak 21 gol. Albert Scanlon, yang juga berhasil sembuh dari cedera tragedi Munich, selalu mengisi luar-kiri. Ronnie Cope di pusat lapangan tengah, Foulkes di bek kanan, di sayap kiri Wilf McGuinness, Ian Greaves di full-back, Fred Goodwin di sayap kanan dan Albert Quixall di lapangan tengah kanan (pengeluaran terbesar Busby – dia membayar biaya sebesar £ 45.000 kepada Shefield Wednesday, rekor transfer antara dua klub Inggris) semua anggota berharga dari United terlahir kembali. Personil mungkin sudah berubah, tetapi pendekatan tim untuk bermain dalam pertandingan tidak.



-Newspapper-


















–GGMU–